Di suatu
pagi, Nayla dan Lail sedang asyik bermain dirumahnya. Karena memang, kakak
beradik yang terpaut usia 6 tahun ini memang sangat dekat dan hampir selalu
bermain setiap harinya. Entahlah.
Bermain apapun itu yang penting mengasyikan
bagi mereka.
Namun saat
itu, Nayla si kakak harus mencuci piring kotor yang sudah menumpuk di kamar
mandi.
“Lail, udah
dulu ya. Aku mau nyuci piring.” Nayla bangkit dari posisi tidurnya di atas
kasur.
“Ih, atuh…”
Lail melarang.
“Aku mau
nyuci piring dulu. Piring kotornya udah banyak tau. Nanti abis nyuci piring
kita main lagi, ya?”
“Ikut”
“Ikut apa?”
“Nyuci
piring”
“Jangan ah.
Aku sendiri aja.”
“Atuh..”
“Aku mau
nyuci piring dulu, Lail. Kamu disini aja, ya?” Nayla mencoba untuk membujuk
Lail.
Namun, Lail
menggeleng.
--------
Kini Nayla
sudah berada di kamar mandi. Bersiap untuk mencuci piring. Dan tak lupa untuk
mendudukkan tubuhnya di atas sebuah kursi kecil plastik agar ia bisa mencuci
piring dengan nyaman.
“Lail, kamu
ke kamar aja” bujuk Nayla kesekian kalinya dari dalam kamar mandi.
“Gak mau..”
Lail menolak dari tengah pintu kamar mandi yang terbuka.
“Kenapa?”
“Pengen
nyuci piring”
“Ya udah.
Kamu nyuci piring, teteh ke kamer ya?”
“Jangan”
Nayla
menghembuskan napasnya. Merasa kesal karena Lail terus memintanya untuk ikut
mencuci piring. Padahal, ia lebih nyaman jika mencuci piring sendiri. Lagipula,
Nayla takut kebanyakan bercanda juga kalau ia harus mencuci piring dengan Lail.
Nanti yang ada, nyuci piringnya makin lama deh.
“Eh…
ngapain?” Nayla lagi-lagi kesal karena Lail. Karena saat itu, salah satu kaki
Lail tiba-tiba ingin melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
“Mau nyuci
piring”
“Jangan-jangan.
Kamu ke kamar aja sana”
Lail pun
menarik kembali kakinya ke luar kamar mandi. Namun, ia masih disitu. Masih di
tengah pintu kamar mandi. Memperhatikan Nayla yang sedang mencuci piring.
Namun
tiba-tiba…..
Mata Lail
berkaca-kaca. Dan Lail segera pergi dari pandangan Nayla.
Sedangkan
Nayla yang menyadari hal itu, menyusul Lail ke mana Lail pergi. Meninggalkan
pecahan beling dari gelas kaca yang
tak sengaja ia pecahkan ketika mencuci alat makan tadi.
“Lail,
kenapa?” Langkah Nayla terhenti mengikuti langkah Lail yang juga terhenti di
kamar.
“Huhuhu….”
Lail menangis sesenggukan. Sedangkan Nayla bingung karena Lail menangis tanpa
diketahui penyebabnya.
“Lail… kamu
kenapa?” Opi si kakak (perempuan) pertama, datang begitu mendengar suara
tangisan Lail dari kamarnya.
Lail tak
menjawab. Masih sesenggukan dan menangis.
“Lail
kenapa, Nay?” tanya Opi kali ini pada Nayla.
“Gak tau gera tiba-tiba nangis pas aku nyuci
piring teh”
“Lail ih
kenapa?”
“Hello
kitty-nya mati….”
“Hah?” Nayla
dan Opi melongo. Terkejut karena jawaban Lail yang tidak terduga.
“Hello kitty
mati? Hello kitty apa?” tanya Opi.
Lail terdiam
tak menjawab. Namun, air matanya kini mulai mereda.
“Oh… iya!
Tadi teh aku mecahin gelas hello
kitty” ucap Nayla setelah mengingat-ingat.
“Iya, Lail?
Gara-gara gelas hello kitty?”
Lail
mengangguk.
Sontak, Opi
dan Laila pun tertawa terbahak-bahak mengetahui alasan Lail menangis sebenarnya.
0 Comments: