Akbar dan kedua orangtuanya tengah duduk menunggu dengan rasa cemas. Setelah menengok ke luar rumah dan melihat ada seorang lelaki bersepeda motor yang juga memperhatikan ruang tamu yang ditempatinya, perasaan Akbar menjadi tak enak. Ditambah lagi pembicaraan Bibi dan Pamannya yang tak sengaja terdengar Akbar walaupun cukup berbisik-bisik. Ah tidak. Perasaan Akbar semakin kacau balau karena ternyata sepupunya yang menjadi pujaan hatinya itu telah memiliki pacar yang tak pernah ia kenali.
"Abah, Akbar mau pulang aja" bisik Akbar pada Abahnya yang ada di sampingnya.
"Loh kok kamu tiba-tiba mau pulang, Bar? Calonmu itu belum keluar loh. Lagi pula belum ada keputusan juga dari paman dan bibimu itu"
"Pokoknya Akbar mau pulang aja, Abah. Azizah itu bukan calonnya Akbar"
"Akbar, Abah pun tahu kalau Azizah itu sudah punya pacar dari bisikan mereka. Tapi itu bukan berarti Azizah menolak kamu"
"Tapi, Bah...."
Ucapan Akbar terpotong. Tergantikan oleh suara deheman dari sang tuan rumah pria.
"Ehm" Ayah dari gadis yang dilamar Akbar itu menduduki sofa tunggal yang sangat dekat dengan sofa tempat Abah, Akbar dan Uminya duduk. "Sebelumnya, saya sangat berterima kasih pada nak Akbar, A Rusdi juga Teh Dewi yang telah datang kemari untuk melamar anak saya yang bernama Azizah. Tapi sayangnya, kedatangan yang begitu mendadak ini membuat anak saya kaget dan belum siap untuk menjawabnya. Ditambah lagi, Azizah itu ternyata sudah memiliki kekasih yang tak pernah saya ketahui. Karena memang, Azizah itu jarang sekali bercerita pada saya ataupun ibunya. Sehingga saya pun tidak mengetahui siapa saja yang ia kenali atau tengah dekat dengannya" ucap sang tuan rumah dengan pelan dan berhati-hati untuk memilih kata yang pantas dikeluarkan agar tak menyakiti perasaan Akbar dan keluarga. Namun sehati-hati apapun perkataan yang dikeluarkan oleh pamannya, tetap saja Akbar merasa kecewa. Walaupun sebenarnya ia mengetahui bahwa penolakan adalah hal yang sangat mungkin terjadi ketika melamar seorang wanita.
Selang beberapa menit setelah sang tuan rumah menyatakan bahwa anaknya menolak lamaran dari Akbar, akhirnya Akbar dan kedua orangtuanya pun izin pamit untuk pulang. Walaupun harus menerima kenyataan yang cukup mengecewakan.
"Mungkin ada wanita lain yang lebih bisa mendampingimu kelak, Akbar" adik ipar dari Abah Akbar itu menyemangati Akbar ketika mengantarnya ke teras rumah.
"Terima kasih, Paman" balas Akbar pada pamannya. Kemudian mencium punggung tangan kanan beliau yang bertanda Akbar akan segera pulang.
"Sama-sama, Akbar"
"Bi, Akbar pamit dulu" ucap Akbar pada adik dari Abahnya. Kemudian mencium punggung tangan kanan beliau seperti ia mencium punggung tangan pamannya.
"Hati-hati, Akbar"
"Iya, Bi. Terima kasih"
"A Akbar!" seru seorang perempuan dari dalam rumah dengan matanya yang berair dan mengenakan kerudung yang tak lagi rapi. "Azizah terima lamaran A Akbar. Dan Azizah mau kita nikah secepatnya"
0 Comments: