Sumber : http://fathinqurr.blogspot.com/ |
Kenapa Banyak Pondok Pesantren Mewajibkan Santri Putrinya Mengenakan Mukena Terusan KetikaSholat? - Apa kamu
pernah nyantri di sebuah pondok pesantren? Jika iya, apakah pondok pesantren
yang kamu tempati memiliki aturan mengenai mukena yang harus kamu kenakan ketika
sholat? Tentunya, untuk kamu yang perempuan ya. Hehe.
Aku sendiri,
Alhamdulillah sebelumnya pernah mengenyam pendidikan di sebuah pondok pesantren
di Cirebon. Disana, ada sebuah peraturan dari seksi peribadatan (bagian
pengurus) yang mengharuskan semua santri di pondok pesantren yang aku tempati
untuk memakai mukena terusan atau yang biasa disebut dengan mukena langsungan
ketika melaksanakan sholat. Sebelumnya, aku tidak tahu alasannya apa. Dan aku
kira peraturan itu hanya berasal dari seksi peribadatan saja. Tapi seiring
waktu berjalan, aku pernah mendengar perintah dari Mimi (panggilan pengasuh
perempuan / nyai di pondokku) yang memerintahkan salah satu santrinya yang
memakai mukena potongan untuk segera menggantinya dengan mukena terusan. Dari
situ, aku baru mengerti bahwa peraturan tersebut berasal dari gagasan Mimi
sendiri.
Sebenarnya,
aku tidak mempermasalahkan peraturan pesantren yang mewajibkan santrinya
mengenakan mukena terusan. Toh dipakainya juga enak enak saja. Tapi ya, jadinya
aku harus membeli mukena baru untuk dibawa ke pesantren di liburan pertama kali.
Karena keluargaku tak memiliki satu pun mukena terusan. Jadi gini ceritanya.
Aku pertama masuk pesantren di bulan Ramadhan. Tapi, saat itu aku tidak tahu
bahwa ada peraturan mengenai kewajiban untuk mengenakan mukena terusan ketika
sholat. Jadi aku masih mengenakan mukena potongan di pesantren selama tiga
minggu. Dan pengurus juga memakluminya. Asalkan setelah liburan nanti, santri
harus mempunyai mukena terusan untuk dikenakan ketika sholat di pesantren
selanjutnya. Kemudian setelah tiga minggu di pesantren dan waktu liburan idul
fitri tiba, barulah aku membeli sebuah mukena terusan setelah lebaran di pasar
baru bersama ibu dan adikku.
Lalu, kenapa
harus pake mukena terusan ya? Oke. Sebelumnya, aku ingin memberitahu bahwa ini
hanya pendapatku. Jika kamu tidak setuju, tidak apa-apa. Karena memang, tidak
ada satu pun santri lain atau kakak kelas yang memberitahuku dengan jelas
mengenai alasan mengapa semua santri di pesantren tercintaku ini diwajibkan
mengenakan mukena terusan ketika sholat. Sekali lagi, aku tidak memaksamu untuk
menyetujui pendapatku.
Saat aku
masih menjadi santri baru yang belum berumur setahun, aku mempelajari kitab
Safinatun Najah dengan bimbingan Ustadzah Munawaroh yang biasa dipanggil akrab
dengan sebutan Mba Mun. Dan ketika sampai di pembahasan syarat-syarat sujud dan
anggota sujud, aku menemukan alasan itu.
Pada
pembahasan syarat-syarat sujud, dijelaskan bahwa ketika kita sujud ada tujuh
anggota badan yang harus menempel pada tanah (alas). Kemudian pada pembahasan
anggota sujud, disebutkanlah ketujuh anggota sujud tersebut. Diantaranya yaitu
dahi, bagian dalam kedua telapak tangan, kedua lutut dan bagian dalam jari-jari
kedua kaki. Memang sih, mungkin penjelasannya benar-benar cukup singkat jika
hanya terpaku pada kitabnya saja. Namun, Mba Mun menambahkan beberapa penjelasan
lain. Diantaranya yaitu, dahi harus benar-benar menempel pada alas tanpa ada
penghalang. Namun, penghalang disini dikhususkan lagi. Karena penghalang yang
dimaksud bukanlah sajadah. Penghalang yang dimaksud disini adalah sesuatu yang
menghalangi antara dahi dan alas namun kembali terbawa ketika berdiri. Atau
bisa dibilang, kain mukena jika mengenakan mukena potongan. Sedangkan jika yang
menghalangi itu tetap berada di bawah dan tidak terbawa, itu tidak apa-apa.
Misalnya, seorang teman menaruh sebuah bantal tepat di tempat kamu bersujud.
Maka, itu tidak dianggap penghalang. Namun jika kamu mengenakan mukena potongan
dan kain mukena yang kamu kenakan itu menghalangi dahi kamu dengan alas sholat,
itu baru dianggap penghalang. Dan hal yang sama juga berlaku untuk bagian dalam
kedua telapak tangan. Antara bagian dalam kedua telapak tangan dan alas tidak
boleh ada penghalang. Itulah sebabnya santri diwajibkan mengenakan mukena
terusan. Selain kain mukena yang tidak akan menghalangi dahi, mukena terusan
juga memiliki model bagian tangan yang tidak menghalangi bagian dalam telapak
tangan. Jadi, sujudnya bisa leluasa dan tidak harus ‘menyembunyikan’ kain
mukena agar bisa ‘menempelkan’ dahi pada alas.
Lalu,
bagaimana dengan kedua lutut dan bagian dalam jari-jari kedua kaki?
Well, kamu
tahu kan kalau lutut dan bagian dalam jari-jari kedua kaki termasuk aurat dalam
sholat bagi perempuan? Jadi, kamu tetap harus menutupi keduanya namun tetap
melaksanakan syarat-syarat sujud tersebut. Sedangkan wajah (termasuk dahi) dan
telapak tangan itu tidak termasuk aurat bagi perempuan.
Begitulah. Ini adalah pendapatku mengenai kenapa sebenarnya banyak pondok pesantren yang mewajibkan para santrinya mengenakan mukena terusan. Meskipun memang tidak semua pondok pesantren mewajibkannya. Tapi aku hanya ingin berbagi. Menuangkan apa yang sangat ingin aku tulis dari kepala ke sebuah media.
0 Comments: