Judul : Dunia Anna
Penulis : Jostein Gaarder
Penerjemah : Irwan Syahrir
Penerbit : Mizan, Bandung
Cetakan : XIX, 2020
Tebal : 248
halaman
ISBN : 978-979-433-842-1
Harga :
Rp65.000,00
Jenis buku : Fiksi
Terjadinya pemanasan global di muka bumi tidak dapat dianggap
ringan. Suhu bumi yang kian panas, menjadi salah satu akibat terjadinya pemanasan
global. Maka dalam buku Dunia Anna ini, penulis menggambarkan prakiraan
apa yang terjadi pada bumi di masa depan, dengan cerita fiksi yang sederhana
dan menyadarkan pembaca.
Cerita Fiksi dengan Tokoh Gadis Berumur 16 Tahun
Buku Dunia Anna ini bercerita tentang seorang gadis yang
akan berulang tahun ke-16 di 12 Desember 2012. Di usianya yang masih remaja,
Anna menyadari kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Tentang rusa kutub yang menghampiri pedesaan, tiadanya musim salju di bulan
Desember, sampai tikus dan hamster yang mati di hutan. Hingga akhirnya ia
memahami, bahwa itu adalah salah satu akibat dari terjadinya pemasanan global.
Sedari kecil, Anna memang suka sekali berfantasi dan bercerita
panjang lebar jika ditanya. Namun di tahun itu, ia merasa mendapatkan
cerita-cerita yang seperti kisah nyata, dan ia merasakan cerita itu memang
dikirim untuknya. Cerita itu tak lain berasal dari mimpi-mimpinya yang terus
berkelanjutan tentang seorang gadis seusia dirinya bernama Nova. Dalam mimpinya
itu, diceritakan bahwa Nova adalah cicit Anna di masa depan, tepatnya di tahun
2082. Di mana mimpi-mimpinya itu menggambarkan keadaan bumi yang gersang,
panas, dan punahnya binatang-binatang yang masih ada di waktu Anna masih
remaja.
Penulis buku Dunia Anna, Jostein Gaarder, mengemas pesan
mendalam dalam cerita fiksi yang dibuatnya ini. Karena secara tak langsung, pembaca
diajak berkaca dan memikirkan nasib bumi di masa depan dari bab ke babnya.
Bahkan dalam cerita ini pula, penulis merinci beberapa binatang dan tumbuhan
yang telah punah di masa kini, diperkirakan punah di masa depan, sampai
pembaruan teknologi yang mungkin terjadi di masa depan. Misalnya, tikus dan
hamster yang diceritakan mati di hutan karena tidak turunnya salju di bulan
Desember pada bab pertama. Lalu di bab-bab selanjutnya, diceritakan tentang
kupu-kupu yang mati, hutan tropis Amazon yang berubah menjadi padang rumput
terbesar di dunia, layar lebar di langit-langit kamar, sampai mesin otomat
hijau yang diceritakan bisa menampilkan video-video tentang binatang yang telah
punah dengan tampilan yang amat jernih.
Baca juga: Bedanya Emoji dan Emotikon
Selain itu, pembaca juga diajak memikirkan tentang lingkungan
akibat terjadinya perubahan iklim yang sangat drastis di masa depan. Misalnya, ketinggian
air sungai yang berada dalam taraf membahayakan, kota-kota yang terendam pasir,
sampai atmosfer bumi yang tidak lagi ‘sebersih’ dulu. Diceritakan, jika ingin
mengotori atmosfer bumi, seseorang perlu membayarnya dengan sejumlah uang. Tentu
hal ini sangat kontras dengan masa kini yang di mana manusia bisa mengotori
atmosfer bumi dengan seenaknya. Baik itu mengotori dengan asap kendaraan, asap
pabrik, asap kebakaran, dan sebagainya. Hal ini menjadi sebuah cerminan bahwa
kita yang di masa kini, seharusnya lebih peduli pada generasi yang akan
menempati bumi dan kondisi bumi di masa depan. Baik itu generasi anak kita,
cucu, cicit, dan keturunan-keturunan seterusnya. Adapun caranya, bisa dengan
cara tidak menebang pohon sembarangan, tidak membakar hutan, mengurangi
penggunaan plastik, bepergian dengan kendaraan umum, dan sebagainya.
Sedangkan dari segi terjemahan, Irwan Syahrir berhasil
menerjemahkan novel bahasa Inggris karya Jostein Gaarder ini dengan terjemahan
yang cukup sempurna. Kalimat deskripsi dan percakapan demi percakapannya terasa
mengalir seperti halnya novel Indonesia pada umumnya. Sehingga pembaca bisa
membaca dengan nyaman tanpa terjanggal kata-kata yang kurang pas dan
ketidaktersambungan kalimat dengan topik yang sedang dibicarakan.
Namun, dari segi alur, novel ini cukup membingungkan pembaca.
Hampir selalu ada alur maju-mundur di setiap pergantian babnya. Untuk pembaca
yang baru pertama kali membaca novel ini, mungkin akan bingung dengan alur
ceritanya. Atau mungkin malah belum bisa menangkap pesan sesungguhnya yang
terdapat dalam novel ini. Meski sebenarnya, jika diselidiki lagi, atau misalkan
membaca buku ini kedua kalinya, alur maju-mundur dapat dibedakan dengan mudah.
Ciri utamanya, yaitu pada jenis huruf yang digunakan. Pada cerita di masa kini,
di situ diceritakan pada tahun 2012, menggunakan jenis huruf yang kemungkinan
berupa Calibri. Sedangkan untuk cerita di masa depan, tepatnya di tahun 2082,
menggunakan jenis huruf yang kemungkinan berupa Times New Roman.
Kekurangan lainnya dalam novel ini, yaitu terdapat beberapa kata
yang mungkin asing bagi pembaca awam atau pembaca yang masih kurang mengerti
tentang lingkungan hidup. Tapi, memang itulah intinya. Kita perlu
mempelajarinya sehingga mengerti maksud dari apa yang tertulis dalam buku ini.
Namun, itu justru menjadi tolok ukur pembatasan usia pembaca. Menurut saya
sendiri, buku ini lebih cocok dibaca oleh remaja berusia 15 tahun ke atas, agar
isinya bisa tertangkap dengan baik. Meski memang, memahami buku ini rasanya
tidak cukup hanya dengan sekali membaca. Setidaknya, perlu dua kali membaca
buku ini untuk benar-benar memahami pesan yang terkandung dalam buku Dunia
Anna.
Miliki buku Dunia Anna di sini!
0 Comments: