Ilustrasi wastafel/Canva |
Selama pandemi, protokol kesehatan terus disuarakan. Protokol kesehatan tersebut terdiri dari memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Karena peringatan protokol kesehatan ini, berbagai pihak berlomba-lomba untuk mendukungnya dengan membagikan masker kepada masyarakat dan mendirikan wastafel atau tempat mencuci tangan di tempat-tempat umum. Seperti pasar, taman, sekolah, tempat wisata, dan lain sebagainya. Diharapkan dengan melakukan hal-hal ini, masyarakat bisa ikut patuh menjalankan protokol kesehatan.
Pada awal masa pandemi, wastafel-wastafel tersebut hampir selalu terisi air dan menyediakan sabun cair yang memadai. Intinya, wastafel masih terpantau aman, bersih, dan berfungsi dengan baik. Namun, kian hari wastafel itu tidak berfungsi seperti semula. Di tempat-tempat umum, tak jarang ditemukan wastafel yang rupanya tak mengeluarkan air ketika keran dinyalakan. Di lain tempat, ada pula yang botol sabunnya rusak, atau pipa air yang berlubang. Lebih parah lagi, ada pula wastafel yang sudah dilepas (ditiadakan), tepat dua setengah tahun setelah wastafel itu didirikan.
Hal ini terjadi barangkali karena masyarakat telah merasa aman dari virus corona. Terlebih, ketika dikabarkan bahwa kasus virus corona mengalami penurunan dan semua aktivitas publik kembali diaktifkan. Wah, rasanya sudah bisa bernapas lega!
Baca juga: Jaga Kesehatan Mulai dari Membawa Air Minum Sendiri
Tapi nyatanya, belakangan ini pemerintah kembali menerapkan PPKM di Indonesia karena kasus virus corona yang kembali melonjak. Lalu jika virus corona itu masih ada, apakah tidak ada niatan bagi pemerintah atau pihak yang mendirikan wastafel-wastafel itu untuk memperbaiki wastafelnya? Membuat wastafel kembali berfungsi seperti semula agar masyarkat sudi untuk mencuci tangan lagi?
Ya, katanya, kan, covid itu masih ada. Protokol kesehatan juga masih diberlakukan. Tapi jika wastafelnya tidak memadai, yakin masyarakat masih mau mencuci tangan? Masih mau virus corona tersebar lebih luas lagi?
Sebenarnya, negara itu pasti kan ingin memiliki masyarakat yang sehat. Dan mencuci tangan adalah salah satu cara untuk “menyehatkan” manusia. Setidaknya mencuci tangan ketika sebelum dan sesudah makan. Tapi apa harus dilanda pandemi dulu, baru wastafel didirikan di tempat-tempat umum? Apa harus kasus covid melonjak dulu, baru wastafel diperbaiki?
Seandainya sedari dulu, wastafel itu sudah didirikan di berbagai tempat dan terawat, barangkali masyarakat Indonesia juga menjadi masyarakat yang sehat. Toh banyak orang juga kok yang menyadari bahwa cuci tangan itu penting.
Contoh kecilnya begini. Ketika seseorang hendak makan tapi sebelumnya baru saja menyentuh sepatu yang dipakainya, sebenarnya ia sadar bahwa tangannya kotor. Tapi karena tidak ada tempat mencuci tangan, ia langsung makan tanpa mencuci tangan terlebih dulu.
Tapi ya sudah, sekarang sudah masanya pandemi. Meski memang dulu tidak ada wastafel di tempat-tempat umum, setidaknya wastafel-wastafel yang ada sekarang masih bisa diperbaiki. Tidak ada kata terlambat untuk memulai, bukan? Maka jika ingin Indonesia menjadi negara yang sehat, membangun dan memperbaiki wastafel-wastafel di tempat umum adalah salah satu langkah kecil untuk menuju masyarakat yang sehat.
- tulisan ini versi asli dari tulisan yang pernah dimuat di epaper Media Indonesia edisi 29 November 2022 dengan judul yang sama
0 Comments: